Jumat, 13 November 2015

Sejarah Jurnalistik

Sejarah jurnalistik merujuk pada “ActaDiurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, mediamassa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yangmuncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja
Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis
yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakanpemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”.
Demikian pula beritatentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perludisampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau
dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para“Diurnarii”, yakni orang-
orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata“Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi kedalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” munculkata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada didalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya  makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon.
Di Indonesia, sejarah persuratkabaran telah berlangsung sejak zaman penjajahan. Percobaan pertama penerbitan pers pada zaman Hindia - Belanda terjadi pada pertengahan Abad ke - 17. Berita - berita dari Eropa yang sampai ke Batavia disusun oleh kantor Gubernur Jenderal Jen Pieterzoon Coen untuk selanjutnya dikirim dalam bentuk tulisan tangan antara lain ke Ambon. Berita ini bertajuk Memorie de Nouvelles (sekitar 1615) dan merupakan purwarupa surat kabar Belanda di negeri jajahannya ini. Namun demikian, berita yang masih ditulis tangan ini belum bisa disebut koran pertama yang terbit di Indonesia. Sebab, sekitar satu abad sesudah itu (abad ke - 18), muncul pula Bataviasche Noevelles yang terbit dalam bentuk koran. Koran yang terbit pertama kali pada 7 Agustus 1744 ini merupakan koran resmi pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff. Namun koran ini hanya bertahan selama sekitar dua tahun.




                       2. Muhtadi, A. (1999). Pengertian Serta Perkembangan Pers dan Jurnalistik. in jurnalistik: Pendekatan Teori                            dan Praktik (p.21). Ciputat; Logos Wacana Ilmu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar